Rabu, 28 November 2012

Kesalahan Pada Artikel

KUALITAS dan kredibilitas suatu media tercermin tidak hanya dari konten, melainkan kebahasaan. Sampai sejauh ini berita-berita yang kita simak atau saksikan di media cetak, internet, maupun televisi, sudah sebaku yang orang-orang awam bisa bayangkan. Tapi ada beberapa hal yang ternyata tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesia baku, namun kekeliruan yang barangkali berangkat dari ketidaktahuan dan kecuekan itu terus berlangsung.


Beberapa media yang kerap kali tidak memperhatikan kebahasaan akan mendapat penyepelean dari ahli atau mahasiswa kebahasaan atau orang-orang yang melek tata bahasa Indonesia. Sementara di sisi lain, fungsi utama media adalah menginformasikan berita. Tiada peduli bagaimana mereka menyampaikan, yang penting KENA.

Berikut ini beberapa kesalahan umum berbahasa Indonesia yang dilakukan media massa. Ini hanya berdasar sepengetahuan saya saja dan semoga bermanfaat.

Salah Ketik

Ini adalah tingkat paling fatal dalam penulisan. Apalagi untuk konsumsi media massa profesional seperti koran. Beda halnya dengan opini atau blogger yang memang identik dengan menulis tanpa membaca ulang kembali tulisannya. Berikut contoh kesalahan dalam paragraf di media massa online baru-baru oni. Eh, INI!



contoh artikel media massa online.
wanasedaju.blogspot.com


Salah Ketik Judul Headline


Simak contoh judul artikel berikut ini.

Harian cetak. foto: facebook.com


media massa online. Foto: adiwirasta.blogspot.com


Penulisan Judul Kata Hubung

Kata hubung dalam judul harusnya huruf kecil semua. Tapi lihat bagaimana tayangan televisi tidak mengindahkannya. Sempat menyaksikan tayangan semacam Uya Memang Kuya dengan ketidakkonsistenan pemakaian teks bahasa sih, masih bisa diterima. Toh tayangan itu main-main dan berselera "rendah". Tapi bagaimana kalau itu dilakukan

Kata hubung yang sering menjadi bagian dari judul tulisan adalah: YANG, KARENA, dan DENGAN. Beberapa media konsisten menggunakan kata hubung lain yang jauh lebih banyak untuk dirumuskan serupa. Tapi lebih banyak yang tidak konsisten karena kepentingan komunikasi jurnalistik atau ketidaktahuan penulis.

Penggunaan Di Mana

Inilah hal keliru yang paling banyak dilakukan penulis. Tidak jarang saya mengedit naskah dengan beberapa kalimat seperti di bawah ini.

Cinta adalah hal yang indah, di mana orang-orang dapat bahagia bahagia karenanya.

Penggunaan di mana dalam gramatikal di atas adalah keliru. Karena DI MANA identik digunakan dalam bahasa Inggris. Hal ini bermula dan populer dalam tulisan terjemahan Inggris ke Indonesia. Seperti yang kita ketahui hanya bahasa Inggris yang mengenal bentuk di mana dalam bentuk who, whom, which atau where. Sementara di Indonesia hanya mengenal kata YANG, DI SAAT, atau KETIKA.

Jadi yang benar dalam contoh kalimat yang berisi dua klausa tak sederajat di atas adalah:

Cinta adalah hal yang indah, ketika orang-orang dapat bahagia karenanya.

Kata DI MANA dalam bahasa Indonesia lebih tepat dibubuhkan dalam kalimat pertanyaan. Misalnya:

Di mana kolor merahku? Terlalu, seseorang tampaknya sudah mengambilnya di jemuran! (curhat penulis)


Pemahaman Mengenai Memperhatikan dan Memesona

Penulis yang awam ikut-ikutan membubuhkan kata imbuhan yang selama ini populer di media. Namun hati-hati, jika tidak tahu maknanya secara gramatikal, bisa jadi tulisan itu akan dianggap minus. Mungkin kalian bingung terhadap dua kata ini. Mana yang benar. MEMPERHATIKAN ATAU MEMERHATIKAN.

Orang yang memilih MEMERHATIKAN, mengambil rumus bagaimana kata berawalan P akan luluh dengan imbuhan me-. Me dengan pesona, akan menjadi memesona. Bukan mempesona. Lalu bagaimana dengan MEMPERHATIKAN? Memperhatikan punya kata dasar HATI. Jadi imbuhan yang ada adalah MEMPER- dan akhiran -AN. Memperhatikan berarti melihat seseorang dengan sangat hati-hati, teliti, dan saksama.

Tapi KBBI ternyata tidak konsisten. Dalam KBBI edisi terbaru, PERHATI dijadikan kata dasar. Artinya yang benar kemudian adalah MEMERHATIKAN. Jadi terserah Anda mau menggunakan yang mana.

Yang jelas gara-gara ini banyak penulis yang keliru dalam menerapkan beberapa kata berimbuhan seperti MEMERLAKUKAN, MEMPERCAYAKAN, dan lain-lain.

Kebingungan Menggunakan Kata Di

Sewaktu menjadi editor harian lokal, banyak wartawan yang keliru dalam menuliskan kata yang berawalan di. Meski beberapa kali dijelaskan, namun ternyata kesalahan yang sama terus berlangsung. Yang harus dipahami adalah DI bisa menjadi kata hubung, bisa pula menjadi imbuhan.

MENJADI KATA HUBUNG jika kita menilik contoh: di jalan, di jakarta, di telinga (artinya DIPISAH). Atau menunjukkan tempat atau benda. MENJADI IMBUHAN kalau DI sudah bersetubuh dengan kata dasar dan menghasilkan kata kerja pasif. Misalnya dijalani, diemut, diisap, dikangkangi (artinya DIREKATKAN).

Nominee atau Nominasi?

Lima tahun terakhir saya perhatikan, industri pertelevisian nasional semakin galau, galau, dan galau. Entah untuk tujuan meningkatkan nilai prestisius atau supaya terlihat keren. Tapi mencampurkan kosakata Inggris ke dalam kalimat bahasa Indonesia adalah "last year" (yeah, saya melakukannya barusan =,=). Padahal alangkah lebih baik jika berkalimat "Dan nominasinya adalah .." BUKAN "Dan nomineenya adalah .." atau semua harus dimoncongkan dengan english semua seperti  "And the nominees are .."

Mempunyai atau Memunyai?

KBBI terkadang enggak ada ubahnya sama alay. Kadang gini, kadang gitu. Sementara para editor bahasa memasang buku KBBI sebagai standar atau kitab suci. Dalam KBBI edisi terbaru, empu dianggap sebagai bagian gramatikal daru MEMPUNYAI. Jadi yang benar adalah MEMPUNYAI. Padahal MEMPUNYAI punya kata dasar PUNYA.

Jadi yang benar seharusnya MEMUNYAI. Karena konsisten dengan MEMENJARAKAN, MEMANGKAS (dari PANGKAS), MEMETIK (dari Petik), karena kata dasar berawalan huruf P akan rontok jika diperkosa imbuhan Me-.

Kali Pertama dan Pertama Kali

Beberapa tahun lalu sejak suatu majalah Islam memopulerkan 'frasa' baru, orang-orang mulai mengikutinya. Masyarakat Indonesia lebih akrab dengan PERTAMA KALI ketimbang KALI PERTAMA. Maka berbondong-bondong penulis memakai KALI PERTAMA yang dianggap benar. Begitu pun dengan KALI KEDUA, KALI KETIGA. Namun frasa itu ternyata hanya cocok dipakai pada bahasa Melayu. Coba kalau diterapkan di Indonesia. Itu bisa saja jadi multitafsir. Sebab KALI tidak hanya menyatakan kekerapan tindakan, tapi bisa berarti SUNGAI.

SUNGAI KEDUA, SUNGAI KETIGA .. Jadi Anda pilih mana, nih?

Penggunaan Kata Pun

Pun berarti JUGA. Tapi kata mana saja yang boleh direkatkan dengan PUN? Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kata PUN boleh direkatkan pada kata-kata berikut: adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Bagaimana dengan yang dipisah. Kita lihat contohnya.

Aku pun pergi dengannya dan ngemut bersama. Pun disini berarti JUGA. Jadi kalimat itu bisa diganti menjadi Aku juga pergi dengannya dan ngemut di sana. Jadi PUN disini bisa diganti atau jika diperlukan pun harus DIPISAH.

Nah, di bawah ini, mana yang benar!

A. SIAPA PUN TAHU AKU IMUT!
B. SIAPAPUN TAHU AKU IMUT!
Yang benar adalah A. Karena Pun di sana berarti SAJA/JUGA. Jadi kalimat di atas bisa diganti menjadi SIAPA SAJA TAHU AKU IMUT. kalau tetap dipaksakan masuk, maka Pun harus dipisahkan dengan kata SIAPA.  Hal yang sama terjadi pada kata Apa, atau kata-kata benda.  Misalnya Kucing pun, Meong pun, Saman pun.
*
Sebenarnya masih banyak lagi. Yang paling parah sih, soal kesalahan ketik.  Nah, rupanya ketidaksadaran orang-orang terhadap pemakaian bahasa Indonesia membuat bahasa Indonesia baku yang kita semua lakukan jauh dari kesan sempurna. Bahkan membubuhkan kata hubung dalam judul saja masih kacau. Kelihatan jelas kalau fungsi ahli bahasa negara ibu sendiri kurang diperhatikan.

Sebagai manusia kita memang tidak luput dari kesalahan. Tapi begitulah pentingnya seorang editor, apalagi jika sebuah media massa tidak punya editor atau minimal admin untuk media massa online. Sampai sejauh ini koran yang memegang teguh etika kebahasaan dan EYD adalah harian Kompas. Tapi pernah pada sekira 2010-an, ada kesalahan di bagian sub judul sebuah artikel. Semoga hal itu tidak terjadi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar